Ulfatus Saniyyah (19513042)
MODERN CHOICE APPROACH TO PARTICIPATION
MODERN CHOICE APPROACH TO PARTICIPATION
A. Konsep Decission Tree of Leadership
dari Vroom & Yetton:
Salah satu tugas utama dari seorang
pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yg dilakukan para
pemimpin sering kali sangat berdampak kpd para bawahan mereka, maka jelas bahwa
komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan
yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam
jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan
baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan
keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan
meningkatkan produktivitas.
Normative
Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
- AI (Autocratic): Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
- AII (Autocratic): Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral.
- CI (Consultative): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
- CII (Consultative): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
- GII (Group Decision): Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.
Dalam memilih alternatif-alternatif
pengambilan keputusan tersebut para pemimpin perlu terlebih dahulu membuat
pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: apakah kualitas pengambilan keputusan
yang tinggi diperlukan, apakah saya memiliki informasi yang cukup untuk membuat
keputusan yang berkualitas tersebut, apakah permasalahannya telah terstruktur
dengan baik. Dalam kaitannya dengan penerimaan keputusan, pemimpin harus
bertanya, apakah sangat penting untuk efektifitas implementasi para bawahan
menerima keputusan, apakah para bawahan menerima tujuan organisasi yang akan
dicapai melalui pemecahan masalah ini.
- Normative Theor: Rules Designed To Protect Decision Quality (Vroom & Yetton, 1973).
- Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
- Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
- Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
- Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
- Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
- Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
- Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.
Model
ini membantu pemimpin dalam menentukan gaya yang harus dipakai dalam berbagai
situasi. Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai pada segala situasi. Fokus
utama harus pada masalah yang akan dihadapi dan situasi di mana masalah ini
terjadi. Gaya kepemimpinan yang digunakan pada satu situasi tidak boleh
membatasi gaya yang dipakai dalam situasi lain.
Hal-hal
yang harus diperhatikan:
- Beberapa proses sosial mempengaruhi tingkat partisipasi bawahan dalam pemecahan masalah.
- Spesifikasi kriteria untuk menilai keefektifan keputusan Yang termasuk dalam keefektifan keputusan antara lain : kualitas keputusan, komitmen bawahan, dan pertimbangan waktu.
- Kerangka untuk menggambarkan perilaku atau gaya pemimpin yang spesifik.
- Variabel diagnostik utama yang menggambarkan aspek penting dari situasi kepemimpinan.
B. Teori
Kepemimpinan dari Konsep Contigency Theory of Leadership dari Fiedler
Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi yg spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang
dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa
tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu
terbaik.
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.
Asumsi dasar
adalah bahwa sangat sulit bagi pemimpin untuk mengubah gaya kepemimpinan yang telah
membuat ia berhasil, penekanan pada efektifitas dari suatu kelimpok,
efektivitas suatu organisasi tegantung pada (is contingent upon), dua variable yang
saling berinteraksi yaitu:
1.
System motivasi
dari pemimpin
2.
Tingkat atau
keadaan yang menyenangkan dari situasi.
Model
kepemimpinan kontijensi Fiedler (1964, 1967) menjelaskan bagaimana situasi
menengahi hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan ukuran ciri yang
disebut nilai LPC rekan kerja yang paling tidak disukai (Yukl, 2005:251).
Fiedler menemukan bahwa tugas pemimpin berorientasi lebih efektif dalam situasi
kontrol rendah dan moderat dan hubungan manajer berorientasi lebih efektif
dalam situasi kontrol moderat.
Fiedler
memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan
orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High
LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang/hubungan baik dengan
orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para
pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
Model
kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model
tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja
kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership
style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang
dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan
pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan
(leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan
posisi (position power).
- Hubungan
pemimpin-pengikut
Pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaan dan
pengaruh, apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan
anggota-anggotanya, artinya kalau ia disenangi, dihormati dan dipercaya.
- Struktur
tugas
Bahwa penugasan yang terstruktur baik, jelas,
eksplisit, terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh dari pada
kalau penugasaan itu kabur, tidak jelas dan tidak terstruktur.
- Posisi
kekuasaan
Pemimpin akan mempunyai kekuasaan dan pengaruh lebih
banyak apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi hukuman,
mengangkat dan memecat, dari pada kalau ia memiliki kedudukan seperti itu.
C. Teori
Kepemimpinan dari Konsep Path Goal Theory
Dikembangkan
oleh Robert House, inti dari teori tsb adalah merupakan tugas pemimpin
untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang
dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan
mereka. Istilah path goal berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang
efektif semestinya bias menunjukkan jalan guna membantu penikut-pengikut mereka
mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan
mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya.
House mengidentifikasikan empat perilaku
kepemimpinan, Pemimpin yang direktif memberi tahu kepada para pengikut mengenai
apa yang diharapka dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka
selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara menyelesaikan
berbagai tugas tersebut. Pemimpin yang Suportif adalah pemimpin yang ramah dan
memerhatikan kebutuhan para pengikut. Pemimpin yang partisipatif
berunding denga para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum
mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang berorientasi pencapaian menetapkan
tujuam –tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja
dengan sangat bai . berlawanan dengan Fiedler, House berasumsi bahwa pemimpin
itu fleksibel dan bahwa pemimpin yang sama bias menampilkan satu atau seluruh
perilaku ini bergantung pada situasi yang ada.
Karakteristik karyawan sebagai contoh,
berikut adalah ilustrasi prediksi-prediksi yang didasarkan pada Path Goal
Theory :
·
Kepemimpinan
direktif menghasilkan kepuasan yang lebih besar manakala tugas-tugasnya
bersifat ambigu atau penuh tekanan bila dibandingkan dengan ketika tugas-tugas
tersebut terstruktur sangat ketat dan diuraikan dengan sangat baik.
·
Kepemimpinan
yang suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi ketika karyawan
mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.
·
Kepemimpinan
direktif cenderung dipandang tidak efektif apabila karyawan memiliki kemampuan
yang diyakini baik atau pengalaman yang banyak.
·
Karyawan dengan
pusat kendali internal akan lebih puas denga gaya partisipatif.
·
Kepemimpina yang
beorientasi pencapaian dapat meningkatkan harapan para karyawan bahwa usaha
akan menghasilkan kinerja yang tinggi ketika tugas-tugas disusun secara ambigu.
Hasil studi Robert House (2008:354) menjelaskan bahwa
tingkah gaya para pemimpin dapat dipengaruhi oleh employee characteristics and
enviroment.
ü Lima karakteristik karyawan yang memengaruhi gaya
kepemimpinan yaitu:
1.
Locus of control.
2.
Kemampuan tugas (task ability)
3.
Kebutuhan berprestasi (need for achievement)
4.
Pengalarnan
(experience)
5.
Kebutuhan
kejelasan (needfor clarity)
ü Dua faktor lingkungan yaitu:
1.
Struktur tugas
(task structure)
2.
Dinarnik
kelompok kerja (work group dynamic).
Analisis :
Teori kepemimpinan dari konsep moderrn
choice approach participation yang memuat decicion tree for leadership dari
Vroom & Yetten, yang terdiri dari (1) Normative theory yang terdiri dari AI
(Autocratic), AII (Autocratic), CI (Consultative), CII (Consultative), GII
(Group Decision). Ada juga Normative Theory, Leader Information Rule, Goal Congruence Rule, Unstructured Problem Rule, Acceptance
Rule, Conflict Rule, Fairness Rule.
Teori kepemimpinan dari konsep Contingency Theory of
Leaderhip dari Fiedler ada asumsi dasar yang terdiri dari dua variable yang saling berinteraksi yaitu: sistem
motivasi dari pemimpim, dan tingkat atau keadaan yang menyenangkan dari
situasi. Sistem kepemimpinan dibagi menjadi 3 dimensi: Hubungan
pemimpin-pengikut, struktur tugas, dan posisi kekuasaan.
Teori kepemimpinan dari konsep path
goal theory, dikembangkan
oleh Robert House, inti dari teori tsb adalah merupakan tugas pemimpin
untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang
dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan
mereka. Istilah path goal berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang
efektif semestinya bias menunjukkan jalan guna membantu penikut-pengikut mereka
mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan
mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangannya. House mengidentifikasikan
empat perilaku kepemimpinan, Pemimpin yang direktif memberi tahu kepada para
pengikut mengenai apa yang diharapka dari mereka, menentukan pekerjaan yang
harus mereka selesaikan, dan memberikan bimbingan khusus terkait dengan cara
menyelesaikan berbagai tugas tersebut.
Sumber:
Tangkilisan,
S. H.N, (2005). Manajemen publik.
Jakarta: PT Grasindo.
Sutikno,
R. B. (2007). The power of empathy in
leadership. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Poniman,
F. N. I., & Azzaini,. J. (2007). Kubik
leadership; Solusi esensial meraih
sukses dan kemuliaan hidup. Jakarta Selatan: PT Mizan Publika.
Kartini
Kartono, (1998). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo
Persada.
No comments:
Post a Comment